Membaca Cakruk Demokrasi, penulis mengajak kita untuk menelaah kembali bahwa demokrasi tidak akan datang, tumbuh, dan berkembang dengan sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukungnya yakni budaya kondusif sebagai manifestasi dari suatu kerangka berpikir dan rancangan masyarakat.
Demokrasi Indonesia tengah meniti jalan panjang untuk menjadi dan menemukan bentuk idealnya. Dalam prosesnya, dialog, debat, hingga dinamika kritik tidak boleh berhenti atau sengaja dihentikan. Jika itu terhenti maka berhenti pula proses menjadi Indonesia sebagai bangsa dan negara yang demokratis.
Sebagai refleksi, untuk menjaga demokrasi di Indonesia, fungsi kritik tentu penting dan perlu untuk mengawasi, mengoreksi, dan menyeimbangkan kekuasaan. Kebebasan melakukan kritik adalah cara untuk mendistribusikan kekuasaan pemilik hak politik formal sebagaimana marwah demokrasi.
Buku ini banyak menyuarakan isu-isu demokrasi utamanya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat perdesaan, di mana praktik demokrasi tak bisa dipisahkan dari aspek pendidikan, perekonomian, kearifan lokal, bahkan lingkungan. Dibahas secara bernas, ringan, namun tajam, buku diharapkan dapat memberi angin segar bagi kajian demokrasi dan segala upaya yang dilakukan untuk mempercantik wajah demokrasi di Indonesia.